Selasa, 24 Maret 2015

IKHLAS TANPA BEBAN

IKHLAS TANPA BEBAN

Banyak teori yang kudapat tentang kata Ikhlas. Dari bangku sekolah, pengajian atau pun dari Film KIAMAT SUDAH DEKAT. Namun yg kualami mungkin benar benar di bawah alam sadarku. Aku, sekuat tenaga, sekuat pikiran utk ikhlas.

Aku dibesarkan dgn kehidupan yg sederhana. Namun ane ingat ayah & ibuku selalu mengutamakan pendidikan utk kami, ane & kakakku, 2 Jagoan kecil mereka.

Sahabat kecilku, namanya Ryan. Kami satu kelas selama SD. Kita selalu bercerita serta selalu berbagi, tepatnya mungkin saya berbagi dengannya. Saya sederhana, tapi sepertinya dia anak orang kaya. Rumahnya besar, tinggal bersama eyangnya. Kalau ditanya tentang orangtuanya, katanya Ayah di Surabaya Ibu di Jakarta. Gw suka berlari – lari di rumahnya yg besar. Abdi tak pernah bertanya mengapa dia tidak punya mainan & sepeda. Akupun jg tidak sempat bertanya, mengapa dia gak pernah membawa bekal serta uang saku ke sekolah. Yang ku tahu merupakan dia adalah teman yang paling baik yang aku miliki. Bekal sekolah ataupun uang sakuku selalu ane bagi dgn Ryan. & Ryan pun mendapatkan dgn senang hati. Walau saya suka jajan, namun gw suka berbagi dengannya. Saya sangat sayang sama dia. Sampai ibuku pernah bilang, ”Ryan tuh orang kaya dik, masa tetap nte kasih jajan?” ”Dia seneng kok bu” jawabku kala itu. Ikhlas tanpa beban. modernlivingroom.org

Kami berpisah setelah lulus SD, dia mengikuti ayahnya di Surabaya. Namun kita masih terus bersahabat, walau jarak jauh. Sampai ketika SMA gw mempunyai kekasih hatipun, aku cerita. Namun demi mengejar cita-cita abdi memutuskan hubungan dgn kekasih ku setelah lulus SMA. Kutinggalkan kekasihku, cinta monyetku, cinta pertamaku demi mengejar cita-cita. ”Aku akan menjemputmu kembali kalau saya sudah sukses kelak” janjiku dlm hati. Gw di terima di Perguruan tinggi Al Azhar Mesir. Kuliah di Mesir. Tentu orangtuaku hanya bisa memberiku uang terbatas. Abdi kuliah sambil bekerja. Abdi dan Ryan masih sering berkomunikasi, hingga dia jg mengabariku akan secepatnya menikah.


Bandara Sukarno Hatta.  Dengan ringan kulangkahkan kakiku ke negeri tercinta ini. Pernikahan Ryan tinggal esok hari. Demi Ryan sahabat kecilku, ane ijin cuti kuliah utk menghadiri pernikahannya serta menengok keluarga tentunya.

Gedung pertemuan yang begitu megah, menandakan org yang kaya yg menyewanya. Namun belum sempat ane menyalami Ryan, aku tertegun. Kekasih hatiku sudah tengah berbahagia di pelaminan, & dia bersanding dengan Ryan. Antara yakin atau tidak. Gw tertegun diantara dua org yg sangat ku kasihi. Kalau masa kecil dulu abdi selalu berbagi dengan Ryan, ikhlas tanpa beban... sekarang. Dua kekasih semestaku ada di hadapanku. Kepada siapa ane harus memilih. Kepada sahabatku atau kekasihku.


Tanpa menyalami mereka ane langsung berlari keluar... Mendung bergelayut dihatiku, hamparan awan hitam terus memayungi jiwaku.... Lari.... seakan cakrawala terus menjauh dariku, ngga terkejar, gak tergapai. Untuk yg terakhir kalinya aku terpaksa harus ikhlas.... tanpa beban.
Langkanya budaya Gotong royong modernlivingroom.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar